Belajar dari Qatar, Ditulis Oleh: Ust. Andriono Kurniawan, M.Pd Pena Nurul Fikri

Belajar dari Qatar, Ditulis Oleh: Ust. Andriono Kurniawan, M.Pd

Piala Dunia FIFA 2022 yang diselenggarakan di Qatar dari tanggal 20 November hingga 18 Desember 2022 mendatang memiliki banyak cerita unik. Event yang diadakan 4 tahunan kali ini menyajikan corak yang berbeda dan  sulit untuk dilupakan. Negeri dengan luas 11.571kilometer persegi ini betul-betul mengajari dunia dengan pepatah “dimana bumi dipijak disitulah langit dijunjung”. Qatar terbuka untuk semua negara namun semua yang menginjak kaki di Qatar harus tunduk dengan budaya Qatar. Yang bertamu harus ikut aturan tuan rumah. Negara sekecil itu mampu mengatur semua peserta piala dunia yang membawa budaya masing-masing. Cerita yang unik tersebut antara lain:

 

Pertama, baru kali ini Piala Dunia dibuka dengan ayat suci Al Quran yang dipersembahkan dalam performa dialog antara Morgan Freeman dan seorang youtuber bernama Ghanim Al-Mutfah. Surat yang dilantunkan pun adalah Al Hujurat ayat 13. Ayat yang tepat, ditempat yang tepat, teruntuk orang yang tepat dan saat yang tepat. Ayat tersebut menjawab propagandis yang selalu memojokkan Islam sebagai agama radikal dan berwajah garang. Qatar memanfaatkan momentum dunia ini untuk membuat rekonsiliasi global dengan menyuarakan sesuatu yang selama ini belum mendapat porsi dengan skala atensi global. Saat di negara-negara tertentu pembacaan Ayat suci Al Quran dianggap sesuatu yang berbau fundamentalis atau bahkan radikalis, Qatar membacakannya di panggung dunia. Seluruh dunia mendengarkannya. Momen ini adalah momen yang sangat bersejarah dan tidak terlupakan.

 

Kedua, sebagai tuan rumah, maka Qatar adalah  negara Arab pertama yang diberi mandat oleh FIFA yang juga memiliki hak prerogatif untuk meminta tamu-tamunya mematuhi budaya dan adat istiadat Qatar. Ini adalah hal yang lumrah. Saat G20 di Bali pun semua pemimpin dunia mengenakkan batik Indonesia untuk menghormati tuan rumah. Larangan mengkonsumsi minuman keras di tempat umum sudah menjadi hukum tertulis di Qatar. Bahkan seseorang yang kedapatan melakukannya akan dipenjarakan hingga 6 bulan atau denda sebesar QAR 3000 sekitar Rp12,9 juta. Tidak semua supporter dari negara lain paham tentang ini contohnya pendukung kesebelasan Ekuador. Saat pertama mengetahui dilarang minum minuman keras, para pendukung Ekuador sempat protes namun akhirnya bisa memahami. Tuan rumah juga tidak mengijinkan para penonton pendukung kesebelasan untuk berpakaian sangat minim dan membawa makanan yang mengandung babi. Sebelum masuk ke stadion semuanya akan diperiksa dan bila kedapatan membawa barang-barang yang dilarang, akan langsung disita. Sangat tidak mudah bagi Qatar untuk menerapkan ini. Tuan rumah tidak mengambil opsi untuk bersikap permisif selama menyambut piala dunia. Seperti yang kita ketahui bahwa biasanya Tuan rumah sedikit melonggarkan aturan negaranya selama Piala Dunia berlangsung. Qatar ternyata tidak mengambil opsi tersebut.

 

Ketiga, meskipun sebagai tuan rumah, Qatar tidak ngotot untuk harus menang di setiap laga dengan berbagai cara. Kesebelasan Qatar bermain fair play sehingga hasil kalah pun bisa diterima oleh tuan rumah. Piala dunia 2022 adalah piala dunia dimana tuan rumah dipastikan lebih dulu tersingkir setelah kalah 2-0 dari Ekuador dan kalah dari Senegal dengan skor 3-1. Para pendukung tuan rumah bersikap sportif dan tidak melakukan tindakan-tindakan yang dapat mencoreng nama baik tuan rumah. Dari sinilah kita bisa belajar tentang bagaimana tuan rumah bisa menerima kekalahan dengan legawa. Mereka tetap terkendali meskipun tim nya selalu mendapat kekalahan. Semoga semua suporter sepak bola di manapun  bisa mengambil pelajaran yang sangat berharga ini.

 

Dari Qatar, Indonesia bisa belajar banyak ketika ada mimpi untuk menyelenggarakan event berskala internasional. Qatar tidak kehilangan ke Qatarannya ketika menjadi tuan rumah piala dunia. Qatar memberikan sebuah solusi global atas permasalahan polarisasi rivalitas dunia dimana mayoritas konflik dunia bersumber pada pertikaian antar agama.