TIDAK USAH MENUNGGU 2030 Pena Nurul Fikri

TIDAK USAH MENUNGGU 2030

Prediksi kehancuran Indonesia sebagai efek dari perang besar antara Rusia/Cina melawan Amerika Serikat di tahun 2030 yang di gambarkan dalam Novel Sci-fi berjudul “The Ghost Fleet” karangan PW Singer telah menyita perhatian banyak kalangan utamanya kaum akademisi dan politisi. Meskipun novel tersebut tergolong fiksi, apa yang digambarkan novel tersebut sangat rinci sekali dan sesuai dengan sumber daya yang dimiliki oleh pihak pihak yang bertikai. Ilustrasinya begitu hidup seolah olah prediksi itu benar benar akan terjadi. Novel futuristik ini berbeda dengan novel Dan Brown yang berjudul “Digital Fortress” dari segi ruang lingkupnya dimana “The Ghost Fleet” lebih global dan latar belakang penulisnya adalah penasihat militer.

Ada sesuatu yang tidak biasa dari buku ini sampai sampai pemimpin militer Amerika Serikat seperti Laksamana James Stavridis merekomendasikan novel ini agar di baca oleh para prajuritnya dikarenakan menurut beliau, buku ini adalah cetak biru dari perang masa depan. Banyak netizen yang berpendapat bahwa itu hanya novel fiksi biasa. Menurut saya, fiksi dapat menjadi kenyataan. Fiksi adalah imajinasi. Pengetahuan dituntun oleh imajinasi sebagai contoh pesawat antariksa adalah hasil dari imajinasi manusia. Mobil terbang pun adalah hasil imajinasi manusia yang mendorong  ditemukannya alat yang bisa menerbangkan mobil yang kini sudah dikembangkan di Eropa.

Sebagai bangsa Indonesia, tidak ada salahnya kita mempersiapkan diri untuk menghadapi ATHG dari luar. Tidak perlu menunggu 2030 seperti yang di prediksi novel tersebut . Saat ini saja Indonesia sedang dalam proses dihancurkan  melalui pengiriman narkoba dan shabu shabu yang jumlahnya sudah ratusan ton dan anehnya belum ada yang di hukum mati padahal sudah melampaui kriteria pidana mati seperti yang di atur dalam UU no 35 tahun 2009 tentang Narkotika. 


Andriono kurniawan, M.Pd